Gadis adalah remaja tanggung usia, yang sedang duduk di pinggiran sungai batanghari sambil menikmati jagung bakar dan es tebu yang dipesannya 15 menit lalu. Jemarinya bermain indah di layar gadget-nya sembari menunggu Bintang sahabat kentalnya. Katanya sekental cendol *
20 menit berlalu barulah tampak batang hidung Bintang yang pesek ini.
"Heii Dis. Sendiri aja? Mana temen nya?" Goda Bintang seraya duduk di samping remaja cantik rupa itu.
"Alah lama amat dasar karet!" Gerutu Gadis.
"Eh maaf lah tadi aku itu lagi nulis,".
"Sok banget nulis. Emang nulis apaan?"
"Nulis pinggang hahaha aku habis lari," jawab Bintang sambil menyeruput es tebu punya Gadis.
"Kamu ih orang seriusan ! Bukan nulis tapi lurusin pinggang yang bener. Lari dimana? Taman ato Korem?" Gadis balik bertanya dengan nada jengkel dan melotot.
"Bodo amat suka-suka ih. Lari dari kenyataaan ya Gadiiiss, ".
Jawaban Bintang kali ini membuat Gadis semakin sebal dan keki. Gadis memilih diam dari pada terjadi peperangan dunia ke-5. Suatu kesalahan bertanya kepada Bintang remaja yang satu ini selalu memiliki semboyan hidup SERSAN (SERius SANtai) kalo lagi dalam masa-masa ujian. Ujian apapun tu baik Kuis, UTS atopun UAS semboyan nya lain lagi DKL(datang, kerjakan, lupakan).
"Dis..., " suara Bintang memecah lamunan wanita di sampingnya yang dari tadi asyik menyaksikan matahari terbenam.
"Hmm kenapa?" Jawabnya sambil memutar arah pandangannya ke arah Bintang.
"Aku mau ikut tes polwan sekali lagi boleh gak ya?" Kali ini Bintang lebih serius dan meletakkan Handphone-nya di meja.
"Boleh!! Aku setuju kamu itu pantesnya emang jadi polwan gak ada banget tampang manusia kesehatan dari raut wajahmu Bi,".
"Ah gila ! Ya mana tahu rezekinya saat ini ya Dis, ".
"Yapp butuh apa aja buat tes?" Tanya Gadis sambil membuka dompet berwarna merahnya.
"Belum tahu berapa yang jelas uang gajiku bulan ini lebih dari bulan kemarin. Gajinya full, " jawab Bintang seraya membenarkan posisi duduknya. Kembali melihat kilauan matahari terbenam.
"Kalo butuh sesuatu bilang aja. Entar biar aku sampein ke mama dan ayah. Uangku juga ada, ".
"Makasih tapi aku gak mau buat repot orang lain. Kita pulang yuk. Udah puas kan duduk sore disini?" Bintang berdiri sambil memperbaiki tali sepatu Keta buteknya dan Jelan jeans yang ia kenakan.
-o-
Sore ini Bintang dibuat dilema oleh keadaan. Kebetulan hari ini ia off buat kerja di apotek, jadi ia bisa menyaksikan senja bersama sahabat karibnya. Gadis temannya sejak dibangku SMP. Berkenalan saat masuk tes di salah satu sekolah menengah pertama yang ternama di kota mereka. Kecocokanlah yang membuat mereka saling bertahan dan kompak sampai detik ini.
Detik berganti menit , jam terus berputar menunjukan pukul 21.45 wib. Waktu dimana rawan-rawannya mata untuk tidur, tetapi Bintang baru bergerak menyelesaikan laporan praktikum. Terlalu cepat untuk dia mengerjakannya kali ini. Yang pasti saat ini fikiran bintang bercabang.
-o-
Pukul 00:55 wib. Semua laporan praktikum berhasil diselesaikannya dengan rapi. Namun mata nya belum bisa tidur. Tubuhnya masih terjaga. Otaknya terus berfikir.
Dis.. Udah tidur?
Pesan singkat dilayangkannya ke nomer Gadis. Beberapa menit pesan itu belum ada balasan. Mencoba menelpon tapi tetap saja tak ada jawaban. Bolak balik di atas kasur. Lalu diambilnya kertas dan pena. Mencoba menjemput kantuk ia menulis puisi. Ya sudah lama sekali tidak menulis remaja ini.
-o-
"Hallo bintang ! Kamu gak bangun? Gak kuliah?" Suara Gadis diseberang telpon membuat bintang sontak bangun dan duduk sambil merapikan rambutnya.
"Buset lupa aku ini masuk pagi. Thank's udah bangunin aku ya Dis, " Bintang menjawab langsung mematikan telpon dan bergegas mandi. Kebiasan bintang memang bangun tidur dengan waktu yang terpepet. Dan selalu terpepet. Wajar saja bintang dijulukin miss late. *hihihi
Gadis kuliah di UNJA sedangkan bintang kuliah di AKFAR. Kini tempat kuliahlah yang memisahkan mereka berdua. Tak jarang mereka berdebat karena waktu bermain tidak ada. Kerap kali cemburu meledak-ledak jika salah satu dari mereka sukses hangout bareng temen kampus.
"Assalamualaikum pagi buk pagi pak". Sapaan khas bintang setiap pagi kepada dosen yang kadang datangnya berbarengan dengannya.
"Pagi juga Bi. Terlambat lagi?" Salah satu dosen cowok menjawab saapannya.
"Heheh maaf Mas Dwi eh Pak Dwi iya telat nih mana praktek. Duluan ye bos, " sekonyong-konyong bintang berlari menuju labor Kimia organik. Sesampainya di depan labor dosen dan sebagian temannya telah duduk mengisi bangku dan menyiapkan alat praktek.
"Terlambat lagi? Udah terlambat gak pake baju labor lagi, " cetus salah satu asisten labor di depan pintu masuk.
"Maaf kak. Ini baru mau pakek tapi saya boleh masuk kak?" Jawab bintang sambil memasang baju labor dan menyiapkan kotak praktek.
"Cepet !!".
Praktek berjalan lancar seperti biasa manusia yang keluar pertama kali dari semua laboraturium itu ialah Bintang.
-o-
Hari berjalan lancar . Terus berjalan dengan baik sampai tiba harinya test polwan itu dilaksanakan.
"Pagi ini aku kumpul di Gor kota baru. Lanjut jam 2 siang ke SPN pondok meja. Do'ain aku ya Dis, " suara Bintang gemetar di ujung telpon.
"Iya semoga lulus ya Bi. Jangan capek-capek, makan jangan telat ya ndan, " jawab Gadis dari seberang sana.
"Nomer peserta selanjutnya. Atas nama Indah Ajeng Sulistio Rini. Suara polwan dari bawah terdengar jelas melalui mikrofon.
"Siap ! Saya !" Jawabnya dengan tegas dan bergegas kesumber suara.
"Pagi. Kamu Indah?" Tanya petugas dibagian awal.
"Siap iya pak. Tapi panggil saja Bintang, ". Jawabnya sambil mengecek berkas yang ia susun di bangku bagian atas tadi
"Baiklah. Kamu kuliah?"
"Siap iya pak. Di farmasi, ".
"Wah hebat. Kenapa masih mau ikut tes polisi? Padahal gaji farmasi kalo kerja lebih besar dari seorang polwan, ".
"Siap ini cita-cita saya Pak. Oh ya apa bapak suka makan capsici?"
"Apa ? Capsici?" Raut wajah petugas kepolisian itu terlihat bingung.
"Siap iya pak. Suka ato gak pak?" Bintang berbalik nanya.
"Itu sejenis makanan?"
"Siap iya pak. Makanya saya tanya bapak. Masa sejenis hewan pak, " jawaban bintang sambil tertawa.
"Hemm dari namanya saya gak tahu itu makanan apa. Ngomong-ngomong soal makanan. Kamu umurnya berapa?"
"Pokoknya enak. Bapak pasti ketagihan kalo makannya. Saya 19 tahun pak, baru 4 hari yang lalu,".
"Boleh saya mau kalo gitu. Oh baru kemaren berarti kamu baru ulangtahun? Jadi mau traktir bapak?" Sambil cengengesan bintang menjawab lurus.
"Beh, boleh bapak mau makan dimana? Kita makan bareng tapi yang bayar bapak. Hehehe gimana pak? Tapi saya kasian kalo mau kasih bapak capsici itu nanti bapak malah ketagihan ke toilet heeh bercanda maaf ya pak. Habis capek sih, ".
"Kamu ini bisa saja. Mana cape kamu dan saya? Iya tidak masalah dari sekian ribu casis yang berani membuat saya tergelak hanya kamu. Anak yang berisik. Ini berkasmu lengkap anak cerdas,".
"Siap terimakasih pak". Bintang berjabat tangan. Sambil menunggu pengumuman kelulusan bahan kedua itu Bintang mampu membuat teman-teman barunya tergelak gara-gara ceritanya tentang Capsici . Tidak sedikit yang mengetahui Bintang. Rata-rata teman barunya kenal akan ciri khas jalan dan logat bicaranya bintang. Ditambah lagi dengan tingkah bintang yang asik dan menyenagkan. Walaupun baru kenal Bintang mampu menyesuaikan diri. Satu per satu nomer casis disebutkan untuk berangkat ke SPN dan alhamdulilah satu diantaranya ada nomer Bintang. Bersama teman nya yang lain, Bintang cekatan untuk baris mengambil posisi siap. Sekian menit berbaris dipintu keluar dengan sigap Bintang menemukan motornya. Mencari-cari teman yang bisa diajak barengan untuk ke SPN, bintang tak segan dengan wanita maupun lelaki. Semua disapa dengan ramah seakan sudah mengenal lama.
Membutuhkan waktu kurang lebih 25 menit untuk sampai ke SPN. Bintang bermotor dengan teman barunya yaitu Ani. Umurnya 2 tahun diatas Bintang. Perjalanan berjalan baik meski terik menyengat kulit bukan halangan bagi bintang dan seluruh temannya.
Setibanya di lokasi teman-temannya pergi mencari tempat untuk mengganti pakaian. Tetapi karna kebiasan Bintang yang serba kepepet alhasil beberapa orang teman yang sedang duduk bersamanya belum mengganti pakaian. Bintang sangat suka ditanya dan bertanya itulah sebabnya, Bintang cepat sekali memdapatkan teman baik itu sepantaran lebih muda atau lebih tua darinya.
"Jam karet katanya jam 2 siang. Sekarang udah jam setengah 4 sore belum mulai tuh, " celetuk salah satu wanita disampingnya.
"Untugkan Bintang enggak ngebolehin ganti baju cepet? Lagian pakaian yang dikenakan itu putih kalo kita duduk seperti ini pasti kotor," jawab bintang santai sambil memperbaiki potongan rambut barunya.
"Bener kamu itu bener wah asik sekali kalo bisa pendidikan bareng kamu besok Bi," temen wanita di depannya menyambar.
"Aaammiiin. Semoga ya Rabb," jawabnya sambil tersenyum. Keadaan hening sampai bel peringatan untuk berkumpul berbunyi. Bintang sudah siap dengan celana putih pendek dan kaos putih oblongnya.
"Dek gak risih pake baju dan celana berlapis-lapis?" Tanya Ani teman semotornya.
"Enggak kak malah yang gak berlapis itu yang risih. Kan kek tango , berapa lapis? Ratusan? hahahah," jawab bintang sambil tertawa dan memeluk erat Ani teman barunya. Hari semakin malam tetapi kelompok Bintang baru menyelesaikan 5 tahap tes. Masih ada beberapa lagi, sambil menunggu ada saja ulah Bintang yang membuat teman dan bahkan petugas yang lelah menjadi tertawa.
Jam menunjukan pukul 1 dini hari. Test tahap akhir yang dilakukan bintang yaitu test bagian dalam. Lokasi tesnya terpisah jauh. Setelah menjalani serangkaian tes kini penentuannya untuk melanjuti tahap test berikutnya.
"Kita nunggu jemputan aja ya?" Suara dokter kandungan dari ujung ruang tes.
"Lama kali Bu. Emang kalo jalan sendiri kenapa Bu?" Tanya Bintang seraya berdiri dan mendekati dokter cantik itu.
"Loh jalan kamu kenapa seperti itu nak? Ya nunggu aja soalnya udah malam apa mau jalan sendiri?" Dokter itu sekarang tepat disamping Bintang sambil memegang bahu Bintang.
"Sakit Bu habis dari dalem tadi. Aneh perasaannya. Maaf ya Bu. Oh gitu tapi tidak masalah kok Bu kalo jalan. Biar saya di depan atau saya paling belakang, " jawab Bintang mantap dan tegas. Setelah dipikirkan akhirnya seluruh peserta dan perawat, serta dokter pun mau berjalan menuju aula depan. Dengan posisi Bintanglah yang paling depan. Sepanjang perjalanan Bintang asyik bercerita dengan rekan dan dokter serta perawatnya.
-o-
"Dengan berat hati saya umumkan nomer casis yang gugur. Dan bagi yang tidak lulus masalahnya bisa ditanyakan ke petugas pada saat pengambilan nomer," suara Pak polisi itu jelas terdengar walaupun serak dan dalam keadaan mati lampu. Salah satu diantara ada nomor Bintang yang disebutkan.
"Izin Bu maaf saya tidak lulus karena apa ya?" Kata-kata bintang datar sambil menatap jam tangan
"Nomer berapa nak?" Tanya Ibu itu.
"78 Bu nomor tangan," jawab Bintang sambil menunjukan nomor yang tertera dipunggung tangan.
"Tensi darah kamu tinggi. Dan kamu ada benjolan di payudara sebelah kiri, apa sebelumnya kamu belum chek up?" Ibu itu menerangkan pada Bintang yang melemah.
"Kok tensi darah saya bisa tinggi ya Bu? Bukannya saya tidak punya uang, saya ikut tes polwan orangtua saya tidak tahu dan tidak mendukung. Lihat saja hanya saya yang bertanya kepada petugas seorang diri, tanpa orangtua atau sanak sodara lainnya. Kalau begitu terimakasih Bu" jawab Bintang langsung meninggalkan meja informasi. Diluar teman-teman bintang menunggu dengan haru. Diantara mereka juga ada yang tidak lulus. Setalah bertemu Bintang dan 6 orang temannya berpelukkan serta saling menyemangati.
"Bi pulang sama siapa?" Tanya salah satu temannya.
"Rame nih , kenapa ya?" Dari ucapan bintang terlihat jelas bahwa Bintang sangat hancur.
"Pake motor? Bawa jaket enggak? Nanya doang ko hati hati ya. Minta nomor telepon dong," Bintang hanya senyum dan sedikit bergurau. Selepas dari memberikan nomor telpon bintang meluncur pulang.
Jam menunjukan pukul 4 pagi tanpa melihat jam tangan Bintang tahu karna semua pedangan sayur melaju melintasi jalanan yang sepi. Hujan rintik-rintik ia mengendarai motor dengan kecepatan 40km/jam. Hatinya pilu, dia tidak sedih karna tidak lulus dia sedih karna orangtuanya tidak datang atau menelpon sekedar bertanya keadaannya saja. Jam setengah 5 dini hari saat muadzin melantunkan irama merdu ayat-ayat al-qur'an Bintang baru tiba dirumah. Tanpa banyak komentar. Bintang masuk ke kamar dan tidur masih dengan kaos kaki dan kaos oblong serta celana pendek yang ia kenakan saat tes. Bintang tidur saat adzan yang dikumandangkan muadzin di masjid terdengar. Hanya mampu menangis dibawah bantal yang dapat dilakukan olehnya.
Beberapa hari Bintang tidak memancarkan sinarnya. Masih diam membisu di dalam rumah. Sampai Gadis dan sahabatnya LEMON datang buat menghibur lara yang ditanggung oleh Bintang.
-END-
Ya, apa alasannya judul cerita ini Capsici Frutescentis Fructus??
Rasain aja cabe rawit kecil dimakan satu biji pedes ya enggak berasa. Sama halnya dengan persahabatan. Sekecil apapun teman, seberapa banyak pun teman kalo tidak bersama dan saling mendukung tidak akan indah. Lain halnya dengan cabe rawit yang dipisahkan beberapa banyak untuk di ulek dijadikan sambal pasti pedas. Begitu juga sahabat kalo bersatu pasti bahagia pasti terasa kebersamaan dan kasih sayangnya.
Selain itu cabe rawit juga tumbuhnya gak bisa asal. Sesuka hati, manusia mau menanan bijinya dimana. Sama dengan rezeki. Rencana Allah itu lebih indah. Percayalah buat kalian yang merasa gagal dan sendiri Allah itu maha baik. Allah memberikan sahabat yang sholeh dan sholeha itu dijaga jangan dibuang. Karna mencari sahabat itu tidak mudah seperti mencari musuh. Dan buat rezeki Allah juga udah ngasih yang terbaik kok. So, jangan sedih lagi. Selalu ada cara dan jalan buat kita meraih sukses. Terimakasih
cabe kiriman dari : ajeng
0 comments:
Post a Comment
GAK PERLU DIKOMEN